PENINGGALAN SEJARAH KABUPATEN BENGKALIS
PENINGGALAN
SEJARAH KABUPATEN BENGKALIS
Asal mula
nama Bengkalis diambil dari Kata " Mengkal" yang berarti sedih atau
sebak dan " Kalis" yang bearti tabah, sabar dan tahan ujian kata ini
di ambil dari ungkapan raja kecil kepada pembantu dan pengikutnya sewaktu
baginda sampai di pulau Bengkalis ketika ingin merebut tahta kerajaan Johor.
dengan ungkapan " Mengkal rasanya hati ini karena tidak diakui sebagai
Sultan yang memerintah negeri, namun tidak mengapalah, kita masih kalis dalam
menerima keadaan ini " sehingga menjadi buah bicara penduduk bahwa baginda
sedang Mengkal tapi masih Kalis akhirnya ungkapan itu menjadi perkataan "
oh baginda sedang Mengkalis " dari kisah ini timbullah kata mengkalis,
bahkan berubah menjadi kata Bengkalis. Sejarah Bengkalis bermula ketika Tuan
Bujang alias Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mendarat di
Bengkalis pada tahun 1722. Beliau di sambut oleh batin Senggoro dan beberapa
Batin pucuk suku "asli" Batin Merbau, Batin Selat Tebing Tinggi dll.
Berita Raja Kecil adalah pewaris kerajaan Johor semakin menumbuhkan rasa hormat
Batin-Batin di maksud, sehingga mereka mengusulkan agar Raja Kecil membangunkan
kerajaannya di pulau Bengkalis.[2] Namun melaui musyawarah beliyau dengan Datuk
Laksemana Bukit Batu, Datuk Pesisir, Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh dan
Datuk Kampar dan para Batin, di sepakati bahwa pusat kerajaan didirikan di
dekat Sabak Aur yakni di sungai Buantan salah satu anak Sungai Siak, pusat
kerajaan itu didirikan pada tahun 1723. Kerajaan inilah kemudian berkembang
menjadi kerajaan Siak Sri Indra Pura, yang pernah menguasai kawasan yang luas
di pesisir pantai Sumatra bagian utara dan tengah sampai ke perbatasan Aceh.
Catatan sejarah menunjukkan, bahwa Bengkalis pernah menjadi basis awal kerajaan
Siak. Di Bengkalislah wawasan mendirikan kerajaan Siak di mufakati. Dan di
Bengkalis pula bantuan moral dari rakyat di padukan ketika beliau keluar dari
Bintan. Sejarah juga mencatat, setelah belanda semakin berkuasa. Maka Bengkalis
pula yang menjadi tempat kedudukan residen pesisir timur pulau Sumatra
berdasarkan perjanjian dengan Sultan Syarif Kasim Abdul Jalil Syarifudin
menyerahkan pulau bengkalis kepada Hindia Belanda tanggal 26 Juli 1823. Sejarah
juga mencatat sebelum kedatangan Raja Kecil, Bengkalis sudah menunjukkan peran
penting dalam arus lalu lintas niaga di selat Melaka. Terutama sebagai
persinggahan saudagar yang keluar masuk sungai Siak. Bahkan sejak Tapung
(Petapahan) di temui timah (1674) dan emas.peran Bengkalis dalam hubungan Melaka
dengan kerajaan di pesisir timur Sumatra semakin besar, terutama dimasa
berdirinya kerajaan Gasib. Di masa pemerintahan Sultan Mansur Syah tahun
(1459-1477) Gasib di kuasai oleh Melaka, raja Gasib yang belum menganut agama
Islam di Islamkan dan di beri gelar Sultan " Ibrahim" dan di jadikan
wakil Sultan Melaka di Gasib, sejak itu kerajaan Gasib di bawah kepimpinan
Sultan Ibrahim ( Sebelum di Islamkan bernama Megat Kudu) menjadi kawasan
pengembangan Islam. Bengakalis pada zaman prasejarah Untuk mengethaui
perjalanan kemajuan kebudayaan manusia sebelum mendapatkan sumber-sumber
tertulis, terdapat dua sumber yang dijadikan dasar yaitu : 1. penggalian fosil
( sisa tulang belulanh manusia atau hewan) dan artepak-artepak (alat-alat yang
digunakan manusia prasejarah) yang ditemukan didalam tanah atau penggalian
secara kebetulan. 2. suku-suku bangsa yang saat ini masih hidup dipedalaman dan
terbelakang. dalam hubungan ini di bengkalis, menghadapi persoalan prasejarah
yang sulit, terutama dalam usaha memperoleh keterangan tentang asal usul
penghuni pertama (early man) serta kebudayaannya. hal ini di sebabkan di
sumatera pada umumnya, Riau dan bengkalis khususnya, sedikit sekali di temukan
fosil-fosil dan artepak-artepak. dalam laporan penelitian arkeologi di sumatera
yang dilaksanakan dari tanggal 28 mei- 18 juli 1973 oleh bennet bronson dan
kawan-kawan dinyatakan "kiranya persoalan kesulitan yang di tentukan
earlyman. sehingga sekarang, sumatera tidak mengahasilkan tulang tulang dari
manusia pertama. kenyataan ini tidak menghasilkan suatu bukti, baik berupa
tulang belulang maupun sisa-sisa tanaman yang menunjukkan sesuatu bukti, baik
berupa tulang belulang maupun sisa-sisa tanaman yang menunjukkan sesuatu yang
timbul sebelum akhir zaman Plestosin (10.000-15.000 tahun yang lalu). semua
penyelidikan arkeologi yang diadakan di sumatera selama abad terakhir tidak
berhasil menemukan fosil manusia prasejarah seperti yang banyak ditemukan di
pulau jawa. walaupun di Sumatera, raiu dan khususnya Bengakalis belum di temukan
fosil-fosil dan kurangnya artepak-artepak sebagai sumber utama untuk
mendapatkan keterangan tentang hidup serta kehidupan manusia pertama di
bengkalis, tetapi para penelitian masih dapat mengambil manfaat dari
terdapatnya suku-suku terbelakang yang masih hidup di beberapa bagian daerah
kabupaten bengkalis dewasa ini. suku-suku dimaksud suku sakai di mandau , suku
akit di pulau rupat dan suku orang hutan di pulau bengkalis. Bengkalis pada
zaman kuno Kesamaan pendapat para ahli sejarah bahwa arus perdagangan di
perairan Selat Malaka memegang peranan penting dibelahan bumi ini sejak awal
tarik masehi, karena jalur perdagangan yang terbentang antara cina dan Hindia
melalui selat ini. Bengkalis yang terletak di perairan selat malaka merupakan
daerah strategis dalam arus lalu lintas selat malaka. faktor ini memungkinkan
di Bengkalis timbulnya suatu bentuk kekuasaan dan kenegaraan yang akan
diuraikan seperti berikut ini: Menurut tarikh cina 1433, kerajaan ghasib
bersama-sama dengan indragiri dan siantan minta perlindungan ke cina karena
adanya usaha ekspansi kerajaan Malaka yang memeluk agamaislam yang berbeda
kepercayaannya dengan orang gasib yang beragam Hindu/Budha. Kerajaan majapahit
sebagai pelindung kerajaan gasib selama ini menjadi lemah. "Dalam sejarah
melayu" dikisahkan sewaktu sultan masnyur syah berkuasa di Malaka tahun
1444- 1477, malaka menaklukan kerajaan Hindu/Budha yang bertempat di gasib.
Raja gasib ketika itu bernama Permaisuri ditawan. Setelah ditaklukkan oleh
malaka, sultan mansyur syah mengangkat anak raja Siak bernam Megat Kudu.
Setelah Megat kudu di didik di Malaka kemudian memeluk agama islam dan
dikawinkan dengan anak raja Malaka, ia memegang kekuasaan di siakdibawah
naungan malaka dengan gelar sultan ibrahim, gelar sultan ini digunakan setelah
masuk agama islam. Jabatan sultan selanjtnya diwakili oleh bendahara yang ada
di daerah-daerah dengan gelar datuk. Sebagai puncak pimpinan, datuk bertanggung
jawab langsung kepada raja. Dibawah datuk ada lagi pejabat-pejabat yang selalu
berhubungan dengan masyarkat. Mereka itulah sebagai pelaksanaan kepemimpinan
dalam masyarakat yang disebut kepala suku. Kepala suku adalah pemimpin di
daerah persukuan yang didasari atas unsur-unsur kekeluargaan. Dalam hubungannya
sebagai rakyat dan sebuah kerajaan, kadang-kadang tiap suku itu mempunyai
tugas-tugas tertentu didalam kerajaan, kepala suku bertanggung jawab langsung
kepada datuk. Dalam masyarakat kepala suku ini memimpin penyelesaian masalah
kekeluargaan dilingkungan persukuan mereka. Jika tidak terselesaikan dan
menemui jalan buntu barulah penyelesaiannya diteruskan kepada datuk. Adalagi
daerah yang disebut perbatinan ini terletak diperdalaman. Penyatuan masyarakat
dalam daerah perbatinan ini didasrakan atas adat istiadat, kepercayaan dan
talian daerah. Sebagai kepala daerah perbatinan ini disebut "batin"
atau ketua adat atau Bomo. Perbatinan terdapat di daerah suku-suku terbelakang
seperti suku sakai diperdalaman pulau Bengkalis. Selain itu di senggoro yang
dipimpin oleh laksamana Batin hitam.pada zaman kuno ini dikaitkan dengan zaman
prasejarah di pulau bengkalis sudah di huni manusia denga pola kehidupan
tradisonal \dan telah memiliki tatanan pemerintahan dalam bentuk perbatinan
orang hutan dan perbatinan senggoro. Meskipuan perbatinan senggoro memiliki
lingkungan kecil yang terletak dipesisir pulau bengkalis, namun telah memilki
tatanan pemerintah dan pertahanan yang disegani dan dan diperhitungkan karena
memilki anggota pilihan yang cukup terlatih dan berani mempertaruhkan nyawanya
untuk mempertahankan daerah pemukiman meraka. Perbatinan dibawah datuk
laksamana batin hitam ini mengatur strategi dan taktik mempertahankan daerahnya
dengan membangun benteng-benteng yang saat ini dikenali oleh masyarakat dengan
nama benteng batin hitam dan kuburan dara sembilan yang merupakan benteng untuk
melindungi para gadis saat itu agar tidak di culik oleh para penyerang dari
laur yang pada masa itu dikenal dengan nama "lanun" kemungkinan
kematian para gadis ini disebakan oleh terkurung dari luar atau bentengnya rubuh
karena serangan Portugis.[3] Bengkalis melawan penjajahan portugis Pada tahun
1512, sultan mahmud syah mengutus hang nadim ke bengkalis , bukit batu dan
siak-gasib untukmebincangkan persipan melawan portugis di malaka. Bengkalis
melalui batin senggoro mempersiapkan pasukan dibawah laksamana batin
hitam.kesatuan bukit batu mempersiapkan pasukan dibawah pimpinan tuan megat dan
siak-gasib menyiapkan pasukan dibawah pengawasan sultan khoja ahmad syah.
Armada gabungan ini kemudian berkumpul dengan armada lainnya di kuala lumpur di
bawah pimpinan hang nadim, pada bulan juli 1512 pasukan gabungan yang terdiri
dari bengkalis, bukit batu, siak-gasib dan bintan menyerang portugis yang
dipimpin oleh Fernao Perses de Andrade di malaka. Dengan adanya penyerangan
tersebut, menyebabkan portugis tidak puas hati dan meneruskan serangan ke
Bengkalis dan bukit batu. Dengan strategi yang mantap dan bantuan kerajaan siak
serta kebatinan senggoro maka bengkalis dapat mempertahankan diri sehingga
portugis mengalami kekalahan dan mundur kembali ke malaka. Kemenangan menantang
serangan Portugis tahun 1512 merupakan peristiwa paling bersejarah dan memiliki
semangat perjuangan yang besar bagi bengkalis. Peninggalan sejarah Kota
bengkalis mayoritas penduduknya suku melayu, jawa, bengkinang, cina, banjar dan
lain-lain. Dari peninggalan sejarah berupa bangunan-bangunan pada zaman
penjajahan dahulu hingga yang berbau mistik, seperti bangunan lama yang
mempunyai kuasa spiritual dan makam-makam bersejarah. Sayangnya, cerita sejarah
yang ada di Bengkalis hanya tersimpan di dalam buku besar sejarah di kantor
pariwisata. Kebanyakan orang Bengkalis tidak mengetahui sejarah yang ada di
daerahnya sendiri terutama bagi anak muda sekarang. Orang tua dahulu yang
mengetahui pun seakan enggan menceritakan kepada generasi muda sehingga tidak
tahu akan sejarah Bengkalis dan anak muda dizaman sekarang menganggap yang lalu
biarlah berlalu. Langsung saja saya mengulas tentang peninggalan sejarah
Bengkalis berikut ada beberapa peninggalan yang saya ketahui : Masjid Kuning
Masjid Kuning ini berdiri pada tahun 1850 M, pada pertengahan abad Ke-19 di
desa Senggoro. Masjid ini pertama kali dibangun oleh Allahyarham Panglima
Minal. Masjid Kuning ini awalnya berdinding papan, banngunannya pun sangat
sederhana dan kecil. Setelah masjid dibangun, ditanamlah dua batang kenanga.
Kenanga disebelah kanan ditanam oleh Panglima Minal, yang disebelah kiri di
tanam oleh istrinya, Buyut. Beberapa tahun kemudian, kenanga itu pun besar dan
berbunga. Lama kelamaan masjid kecil ini tersungkup oleh bunga kenanga.
Sehingga, dari kejauhan terlihat hanya warna kuning bunga kenanga. Kabarnya,
itulah sebab kenapa masjid itu disebut Masjid Kuning. Masjid Kuning telah
mengalami pemugaran sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan pada masa
colonial Belanda, dan yang kedua dilakukan setelah Indonesia merdeka. Salah
satu imam Masjid Kuning yang terkenal adalah imam Simpul,merupakan cucu
Panglima Minal. Masyarakat Bengkalis percaya bahwa Masjid Kuning memiliki
kekuatan mistik. Menurut cerita yang beredar,masjid tersebut dijaga oleh
makhluk gaib,yang tak jarang menampakkan diri kepada orang-orang tertentu. Hal
ini juga pernah dialami oleh Ahmad Sontel (keturunan panglima minal) dan Ustadz
M.Yunus. Sampai sekarang,masjid tersebut masih dicat berwarna kuning,dari luar
sampai di dalamnya termasuk juga kain pembatas sholat diberi warna kuning.[5]
Perigi Lada Hitam Di desa Sungai Alam, tepatnya di dusun Sukaramai, ada sebuah
kolam besar yang di percayai memiliki kisah tersendiri. Meski lebih pantas
disebut kolam besar, namun penduduk setempat menyebutnya perigi. Perigi atau
kolam dengan luas sekitar 200 meter persegi itu dipercayai mempunyai kekuatan
magis yang besar,sehingga tidak ada penduduk yang berani berbicara takabur di
kawasan tersebut. Di sekitar perigi sudah ditumbuhi semak belukar yang tinggi,
namun airnya sangat jernih. Menurut salah seorang warga yang kami jumpai,perigi
ini banyak didatangi orang karna percaya air dari perigi ini bisa menyembuhkan
penyakit. Menurut narasumber yang bernama Zakaria,pada masa penjajahan
dulu,kawasan tersebut merupakan kawasan diperuntukan oleh Belanda untuk tempat
pengolahan rempah-rempah. Pemerintah kolonial Belanda selalu menjadikan tanah
Bengkalis sebagai daerah uji coba pertanian,seperti menanam kapas dan membuat
pabrik pemintalan benang,sebagaimana yang dilakukan di Kebun Kapas (salah satu
desa di Bengkalis) sekarang. Selain kapas,ternyata Belanda juga mencoba menanam
rempah-rempah,karena pada masa itu komoditas ekspor yang sangat menguntungkan
adalah rempah-rempah. Salah satu jenis rempah yang dikembangkannya adalah lada
hitam.Untuk menanam lada hitam di Sungai Alam.pemerintah kolonial Belanda
bekerjasama dengan kapitan cina yang bernama Chambian, selain itu penduduk juga
diwajibkan menanam lada hitam dan hasilnya harus dijual pada pemerintah
Belanda. Sekitar tahun 1920, setelah penanaman dilakukan mereka mulai membuat
semacam semacam tempat pengolahan, yaitu dengan membuat sebuah kolam besar
sebagai tempat merendam lada hitam sebelum diolah, namun karna hasilnya kurang
memuaskan akhirnya kegiatan itu terhenti dan ditinggalkan. Tak jauh dari lokasi
perigi lada hitam tersebut terdapat tempat sembahyang orang Tionghoa yang sudah
ditutupi semak-semak. Makam Dara Sembilan Makam dara sembilan terletak di desa
Airputih. Dahulunya makam dara sembilan merupakan sebuah benteng pertahanan di
bawah tanah untuk menyembunyikan anak dara di Bengkalis. Benteng itu dibuat
karna dahulu di Bengkalis terjadi kekacauan oleh lanun yang datang untuk
mencuri harta dan menculik anak gadis Bengkalis. Oleh sebab itu, dalam
pemerintahan Batin Senggoro atau Batin Hitam dibuatlah sebuah benteng dibawah
tanah. Ketika lanun datang, anak dara segera dimasukkan ke dalam benteng
tersebut. Didalamnya sudah disediakan stok oksigen dan makanan.Hal ihwal peperangan
diluar tidak mereka ketahui,setelah lanun pergi dan keadaan aman,anak dara
dikeluarkan kembali,begitu seterusnya sampai pada suatu hari si pemegang kunci
mati tertembak. Ini membuat pintu benteng tidak dapat dibuka,sehingga anak dara
yang berada disana meninggal dunia. Menurut kabarnya anak dara yang ada di
dalam benteng tersebut berjumlah 9 orang,oleh sebab itulah orang-orang
menyebutnya makam dara sembilan. Cerita ini ada beberapa versi, ada yang
mengatakan bahwa yang memegang kunci pintu adalah ayah dari sembilan dara yanng
terkunci di dalam benteng itu,ada juga yang mengatakan bahwa ke sembilan dara
itu bukan adik beradik melainkan dara-dara yang ada pada masa itu. Dahulu, pada
masa penduduk masih minim,makan dara sembilan dijaga oleh seekor ular weling,setiap
bulanya akan diberi sesajen atau saji-sajian untuk ular itu sebagai
penghormatan terhadap makam dara sembilan,tetapi setelah zaman berkembang dan
penduduk semakin ramai serta sudah mempunyai kepercayaan yang kokoh,penduduk
tidak lagi memberi saji-sajian,sehingga ular yang ada di atas makam dara
sembilan tidak lagi dijumpai Makam ini dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Bagi
orang-orang yang datang berziarah dilarang berkata kotor,berfikir kotor,meludah
sembarangan,dan bersikap tidak sopan karena dikhawatirkan akan mendapat
musibah,. Makam Panglima Minal Menurut orang tua-tua yang telah menceritakan
sejarah tentang Panglima Minal,bahwasanyaPanglima Minal lahir ± pada tahun 1609
M dan wafat pada usia 91 tahun sekitar tahun 1700 M. Pada masa pemerintahan
Sultan Siak Jalil Rahmad Syah. Berawal kisah Minal diangkat menjadi panglima
oleh sultan siak Jalil Rahmad Syah adalah karna adanya tragedi kekacauan yang
dilakukan oleh para perompak atau lanun di perairan selat Bengkalis,terutamanya
di perairan Tanjung Kongkong sampai Tanjung Jati yang membuat kewalahan dan
kekhawatiran para panglima yang ada di Kerajaan Siak pada masa itu,untuk
menghadapi kekacauan yang terjadi maka Sultan Siak Jalil Rahmad Syah
mengeluarkan sebuah pengumuman kepada masyarat. Isi pengumuman itu adalah:
Barangsiapa yang dapat menumpaskan para Bajak Laut atau lanun yang berleluasa
merompak di perairan selat Bengkalis maka Sultan berjanji akan melantiknya
menjadi Panglima kerajaan. Mendengar titah yang dikeluarkan oleh Sultan
Siak,seorang pemuda bertubuh kekar dan berjambang bernama Minal,secara
diam-diam menyanggupi titah itu.Minal mulai melakukan penyisiran di Perairan
Pulau Bengkalis dengan menggunakan perahu kecil dan ternyata usahanya tidak
sia-sia.Di suatu wilayah Minal menemukan tongkang si bajak laut dan ia berusaha
mendekatinya. Setelah mendekat,disitulah Minal menunjukkan kekuatan dan
keperkasaannya sebagai pendekar yang handal dan membuat para lanun takut
menghadapinya.Dalam menghadapi bajak laut Minal tidak menggunakan kekerasaan
dan pertumpahan darah melainkan dengan menunjukkan ilmunya,ia meminta beberapa
batang paku 5 inci kepada lanun tersebut dan langsung melahapnya lalu
meludahkan liurnya didepan bajak laut,ternyata tidak terjadi apa-apa kepada
Minal. Itu membuat bajak laut ngeri,dan mengaku kalah. Mereka berjanji tidak
akan merampok lagi diperairan selat Bengkalis. Minal menangkap dan menyerahkan
bajak laut itu kepada Sultan Siak,dikeranakan jasanya itulah maka Sultan Siak
mengangkatnya menjadi panglima kerajaan yang menjaga pesisir pulau Bengkalis.
Selain menghadapi dan menumpaskan para lanun,Minal juga diuji untuk menghadapi
beberapa orang panglima kerajaan terdahulu,yaitu: Panglima Megat Alam Panglima
Emping Bermintah Panglima Kenaik Panglima Tunggang Panglima Nayan (Rupat)
Panglima Muhammad (Kubu) Panglima Hasyim (Kubu) Dan Panglima Minal juga mendapa
ujian dengan cara ditembakkan meriam ke dadanya tapi peluru itu berhenti tepat
beberapa jengkal didepannya,tidak menembus badan Panglima Minal,peluru tersebut
jatuh di kakinya. Dengan kejadian itu Sultan Siak benar-benar takjub dan yakin
akan kehandalan Panglima Minal.Setelah diangkat menjadi panglima maka Panglima
Minal ditugaskan untuk menumpaskan kepala perampok si Megat Hitam yang
merajalela merampok dan menculik para anak dara di desa Senggoro. Melihat
kejahatan Megat Hitam,Panglima Minal tidak tinggal diam dan dia berusaha
menghapuskan kepala perampok tersebut. Perkelahian tak terelakkan, ternyata
Magat Hitam mempunyai ilmu kekebalan yang cukup tinggi sehingga sangat sulit
untuk dibunuh. Panglima tidak kehabisan akal,ia menunggu kesempatan yang
baik,ketika Megat Hitam melompat dan kakinya tidak sampai ke tanah,Panglima
Minal pun menancapkan pedang keleher Megat Hitam dan memisahkan kepala dan
badannya, dengan seketika Megat Hitam pun tewas. Kepalanya dibuang ke Bukit
Batu sementara badannya berada di Bengkalis tepatnya di Desa Senggoro. Sosok
Laksmana Raja di Laut Desa Sukajadi, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis,
Riau. Kondisi desa yang akrab disebut Desa Bukit Batu Darat ini sama seperti
desa lainnya. Desa ini memiliki sejarah yang gaungnya patut diperhitungkan
menjadi cacatan sejarah budaya Melayu di Indonesia.Desa Sukajadi merupakan
daerah agricultur pertanian dan perikanan. Berbeda dengan Desa Bukit Batu Laut–bersebelahan
dengan Desa Bukit Batu darat. Desa Bukit Batu Laut jumlah kepala keluarganya
lebih kurang 80 kepala keluarga. Sebahagian besar ibu-ibu dan anak-anak
perempuannya menenun dan laki-lakinya nelayan.Berbicara lebih dekat mengenai
Datuk Laksamana, ini merupakan gelar sekaligus titah dari Kerajaan Siak untuk
menjaga di pesisir pantai Selat Malaka. Datuk Encik Ibrahim disebut-sebut
sebagai Datuk Laksamana Raja di Laut I yang berkuasa pada tahun 1767 M-1807
M.[1] Ada empat datuk yang memerintah di Bukit Batu, tiga penerusnya adalah
Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh dan Datuk Ali Akbar. Mereka digelari Datuk
Laksamana II sampai IV.Datuk Laksamana Raja Di Laut menjadi lagenda seorang
penguasa laut yang terkenal. Kabarnya ditanganyalah segala bentuk kejahatan
laut takluk padanya. Seperti banyaknya lanun, yang merompak hasil bumi dan
perdagangan di laut. Begitu juga dengan penyerangan-penyerangan dari negeri
luar.Rumah Datuk Laksamana Di Laut IV, Laksamana Ali Akbar terletak di Desa
Sukajadi, sekitar 35 kilometer dari Kota Sungai Pakning, Bengkalis-Riau.
Sekilas terlihat seperti rumah adat/rumah tradisi di Riau. Berbentuk panggung
dengan motif-motif Melayu di beberapa ornamen bangunannya. Persis di depan
Istana Datuk Laksamana terpancang dua buah meriam yang menghulu ke jalan.
Meriam ini merupakan peninggalan Datuk Laksamana. Datuk Laksamana memang
terkenal sebagai penakluk dalam peperangaan laut. Meriam yang menjadi alat
perang ini kini memang tinggal sedikit. Tetapi masyarakat setempat pernah
menemukan senjata berhulu ledak ini juga di muara sungai di Bukit Batu.Sebuah
benteng menunjukkan kegagahan penguasa laut. Tak ubahnya, pinggiran laut di
Bukit Batu sebagai benteng pertahanan pada masa itu agar para penjajah tak
dapat masuk ke wiayah kekuasaan Datuk Laksamana. Tidak jauh dari rumah
Laksamana Raja di Laut, akan terlihat dua makam Datuk penguasa laut. Yakni
Laksamana III dan Laksamana IV. Kedua Makam ini terletak di belakang Masjid
Jami' Al Haq. Mesjid tua peningggalan para Laksamana dulunya
] DAFTAR PUSTAKA
[1] Aswandi
Syahri. Kota Kara Dan Situs-Situs Sejarah Bintan Lama. Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau.2007
[2] Hasan
Junus. Sejarah Kabupaten Bengkalis Sebuah Tinjuauan Paling Dasar Serta Beberapa
Makalah. Pemda Kabupaten Bengkalis.2002
[3] Taufik
abdullah (1996) sejarah di indonesia. Gajah Mada University Press, yogyakarta.
[4] Peringatan Hari jadi Bengakalis Negeri Junjungan Ke-498 tahun 2010 di
resmikan oleh kesra Setda Kab. Bengkalis
[5]https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bengkalis
Komentar
Posting Komentar